Demikian disampaikan oleh ujar dr Ariani Murti, sekretaris Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dalam acara Peluncuran Program Bulan Cegah kanker Serviks di Puskesmas Kecamatan Jagakarsa, Kamis (22/12/2011).
Program ini, lanjut Ariani, merupakan bentuk sinergi dari berbagai organisasi dan pemerintah yang peduli pada pencegahan kanker serviks, yaitu: FCP-FKUI/RSCM (Female Cancer Program - Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), IPKASI (Inisiatif Pencegahan Kanker Serviks Indonesia), Pemerintah Daerah Provinsi DKI - Khususnya Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, PKK DKI Jakarta, YKI Pusat dan YKI DKI, POGI Jaya (Perhimpunan Obstetri Ginekologi Indonesia - DKI Jakarta), HOGI (Himpunan Onkologi Ginekologi Indonesia), serta Kementerian Kesehatan Direktorat Penyakit Tidak Menular.
"Program ini menargetkan setidaknya 6000 perempuan di DKI Jakarta. Jadi kalau ada ibu-ibu yang didapati hasilnya positif, bisa segera ditangani oleh Puskesmas atau dirujuk kerumah sakit," katanya.
Pemeriksaan IVA gratis ini dilangsungkan di 34 titik layanan yang tersebar di Jakarta. Terdiri dari 25 Puskesmas, 3 kantor YKI (YKI Pusat-Menteng, YKI DKI SUnter, dan YKI Lebak Bulus) serta 6 jaringan RS Budi Kemuliaan).
Berikut ini adalah Puskesmas dan rumah sakit yang bisa Anda kunjungi untuk melakukan pemeriksaan IVA gratis:
Jakarta Pusat
PKC Gambir
PKC Johar baru
PKC Senen
PKL Harapan Mulia
PKL Tanah Tinggi
PKC Kemayoran
PKL Serdang
PKL Utan Panjang
PKL Kebon kosong 1
YKI Pusat
BKIA Bd Kemuliaan Petasan
RS Budi kemuliaan Petojo
Jakarta Timur
PKC Duren Sawit
PKC Jatinegara
PKC Matraman
PKC Pulogadung
PKL Pondok Kelapa
PKL Cipinang Muara
PKC Kramat Jati
Jakarta Utara
PKC Koja
PKC Pademangan
PKC Tanjung Priok
PKL Pademangan Barat 1
YKI DKI Sunter
Jakarta Selatan
PKC Cilandak
PKC Jagakarsa
PKC Setiabudi
YKI Lebak Bulus
RS Budi Kemuliaan Dempo
RS Budi Kemuliaan Guntur
Jakarta Barat
PKC Kembangan
PKC Cengkareng
RS Budi Kemuliaan Grogol
RS Budi Kemuliaan Pekojan
Keterangan:
PKC = Puskesmas Kecamatan
PKL = Puskesmas Kelurahan
Sementara itu, Dr. Laila Nuranna, SpoG (K) selaku Ketua Panitia BCKS dan Koordinator FCP/FKUI mengatakan, masih tingginya angka kejadian kanker serviks disebabkan rendahnya cakupan skrining. Ia menyebutkan, 70 persen kasus kanker serviks diketahui pada stadium lanjut.
"Metode IVA terbukti baik, murah dan dapat dilakukan di daerah-daerah karena hanya memerlukan peralatan sederhana, biaya rendah dan dapat dilakukan oleh dokter umum, bidan dan perawat terlatih," katanya ditempat yang bersamaan.
Metode IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat) adalah pemeriksaan dini kanker serviks oleh dokter, bidan dan perawat terlatih dengan cara mengoleskan asam asetat/cuka dapur yang diencerkan (3-5 persen) ke serviks untuk melihat kondisi serviks (leher rahim)
***
Bagaimana PROPOLIS sembuhkan Kanker
Seiring
dengan tren pemanfaatan propolis, para periset menguji ilmiah lem
lebah itu. Dra Mulyati Sarto MSi, peneliti di Fakultas Biologi
Universitas Gadjah Mada, membuktikan bahwa propolis sangat aman
dikonsumsi. Dalam uji praklinis, Mulyati membuktikan LD50 propolis
mencapai lebih dari 10.000 mg. LD50 adalah lethal dosage alias dosis
yang mematikan separuh hewan percobaan.
Jika
dikonversi, dosis itu setara 7 ons sekali konsumsi untuk manusia
berbobot 70 kg. Faktanya, dosis konsumsi propolis di masyarakat amat
rendah, hanya 1 - 2 tetes dalam segelas air minum. Dosis penggunaan
lain pun hanya 1 sendok makan dilarutkan dalam 50 ml air.
Tingkat toksisitas propolis sangat rendah, jika tak boleh dibilang tidak toksik, kata Mulyati. Bagaimana efek konsumsi dalam jangka panjang? Master Biologi alumnus Universitas Gadjah Mada itu juga menguji toksisitas subkronik. Hasilnya konsumsi propolis dalam jangka panjang tak menimbulkan kerusakan pada darah, organ hati, dan ginjal. Dua uji ilmiah itu - toksisitas akut dan toksisitas subkronik - membuktikan bahan suplemen purba itu sangat aman dikonsumsi.
Propolis itu pula yang dikonsumsi Evie Sri, kepala Sekolah Dasar Negeri Kertajaya 4 Surabaya, untuk mengatasi kanker payudara stadium IV. Evie akhirnya sembuh dari penyakit mematikan itu. Kesembuhannya selaras dengan riset Prof Dr Mustofa MKes, peneliti di Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, yang meriset in vitro propolis sebagai antikanker. Sang guru besar menggunakan sel HeLa dan Siha - keduanya sel kanker serviks - serta T47D dan MCF7 (sel kanker payudara).
Selain
itu ia juga menguji in vivo pada mencit yang diinduksi 20 mg
dimethilbenz(a)anthracene (DMBA), senyawa karsinogenik pemicu sel
kanker. Frekuensi pemberian 2 kali sepekan selama 5 minggu. Hasil riset
menunjukkan propolis mempunyai efek sitotoksik pada sel kanker. Nilai
IC50 pada uji in vitro mencapai 20 - 41 μg/ml. IC50 adalah inhibition
consentration alias konsentrasi penghambatan propolis terhadap sel
kanker.
Untuk menghambat separuh sel
uji coba, hanya perlu 20 - 41 μg/ml. Angka itu setara 0,02 - 0,041
ppm. Bandingkan dengan tokoferol yang paling top sebagai antioksidan.
Nilai IC50 tokoferol cuma 4 - 8 ppm. Artinya ntuk menghambat radikal
bebas dengan propolis perlu lebih sedikit dosis ketimbang tokoferol.
Dengan kata lain nilai antioksidan propolis jauh lebih besar daripada
tokoferol.
Pada uji in vivo,
propolis berefek antiproliferasi. Proliferasi adalah pertumbuhan sel
kanker yang tak terkendali sehingga berhasil membentuk kelompok. Dari
kelompok itu muncul sel yang lepas dari induknya dan hidup mandiri
dengan merantau ke jaringan lain. Antiproliferasi berarti propolis
mampu menghambat pertumbuhan sel kanker.
Terjadi
penurunan volume dan jumlah nodul kanker pada tikus yang diberi 0,3
ml dan 1,2 ml propolis, ujar dr Woro Rukmi Pratiwi MKes, SpPD, anggota
tim riset. Dalam penelitian itu belum diketahui senyawa aktif dalam
propolis yang bersifat antikanker. Namun, menurut dr Ivan Hoesada di
Semarang, Jawa Tengah, senyawa yang bersifat antikanker adalah asam
caffeat fenetil ester.
BISA MENGHUBUNGI : SUTONO / 083 887 38519 | Email: sutononet@yahoo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar