Laman

Info Sehat

Selasa, 21 Juni 2011

Suplemen, Harga Mahal Bukan Jaminan

Kompas.com - Jangan mudah tergiur dengan klaim suplemen vitamin. Penelitian menunjukkan sepertiga dari suplemen vitamin bermerek dan harganya mahal ternyata tidak mengandung nutrien yang cukup seperti yang tertera dalam label kemasan.

Dalam sebuah penelitian independen terhadap 38 merek multivitamin yang populer di Amerika, ditemukan hampir sepertiganya tidak mengandung cukup nutrien. ConsumerLab.com, sebuah laboratorium independen menguji keberadaan nutrien seperti asam folat, kalsium dan vitamin A (retinol dan beta-karoten) dalam suplemen yang mengklaim mengandung zat-zat tersebut.

Tim ConsumerLab juga menguji berapa lama waktu pemecahan tablet pada cairan. Hasilnya akan menentukan seberapa cepat kandungan vitamin bisa diserap oleh tubuh.

Dari 38 jenis suplemen vitamin yang dites, 13 dinyatakan gagal karena kelebihan satu jenis kandungan atau karena mereka tidak mengandung cukup kandungan seperti yang tertera dalam label. Bahkan, beberapa suplemen tidak mengandung zat-zat sesuai yang diiklankan.

Hasil pengujian juga menunjukkan suplemen multivitamin yang harganya mahal tak berarti bekerja lebih baik daripada suplemen yang lebih murah. Beberapa suplemen yang diketahui bekerja dengan baik justru yang murah.

Itu sebabnya, bertindaklah bijaksana dalam memilih suplemen dan vitamin. Jangan tergiur oleh harga mahal dan promosi berlebihan dari berbagai produk.

Guru Besar Departemen Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rianto Setiabudy, mengatakan vitamin dan suplemen bukan obat. Orang dengan kondisi normal dan berpola makan seimbang tak perlu vitamin dan suplemen karena terpenuhi dari makanan yang dikonsumsi (Kompas Ekstra Kesehatan 30/5/11)

Vitamin, ujari Rianto, lebih pas untuk warga di daerah minus, untuk ibu hamil dan menyusui, mereka yang mengalami gangguan menyerap vitamin, diet khusus, atau vegetarian absolut.

Kamis, 16 Juni 2011

Cermati Datangnya Gangguan Tiroid


Ukurannya kecil dan terletak di pangkal leher. Jika dilihat sepintas, bentuknya menyerupai kupu-kupu. Itulah kelenjar tiroid. Kelenjar yang berfungsi sebagai pengendali utama metabolisme tubuh ini berperan penting bagi kesehatan tubuh.

Sayangnya, banyak orang yang tak menyadari datangnya gangguan tiroid. Inilah yang membuat jundah penderita tiroid terns meningkat. Tanpa penanganan yang tepat, tiroid bisa berakibat fatal.

"Gangguan tiroid bisa menyebabkan komplikasi yang berakibat pada kematian. Tapi, banyak penderita tidak menyadari gangguan tiroid ini," kata Asrul Hasral, Dokter Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Kanker Dharmais.

Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang mengendalikan metabolisme tubuh. Hormon tiroid tersebut mempengaruhi kesehatan metabolisme tubuh dengan dua cara. Pertama, merangsang hampir setiap jaringan tubuh untuk menghasilkan protein. Kedua, meningkatkan jumlah oksigen yang digunakan oleh sel.

Untuk menghasilkan hormon tiroid, kelenjar tiroid memerlukan zat iodine atau yodium. "Sel tiroid adalah satu-satunya sel yang menyerap zat iodin," kata Dokter Mulyadi Tedjapranata, Direktur Medizone Clinic, Jakarta Selatan.

Yodium merupakan suatu mineral yang bisa diperoleh dari makanan. Kelenjar tiroid akan menangkap yodium dan mengolahnya menjadi hormon tiroid. Setelah hormon tiroid digunakan, sisa yodium di dalam hormon akan kembali ke kelenjar tiroid dan didaur ulang untuk kembali menghasilkan hormon tiroid. "Produksi hormon ini melibatkan banyak sel dan kelenjar-kelenjar lain," ajar Mulyadi.

Salah satu organ penting yang menunjang produksi hormon tiroid adalah hipotalamus. Organ yang terletak di otak ini mengeluarkan suatu kelenjar yang disebut thyrotropin releasing hormone (TRH).

Hormon ini ditangkap oleh kelenjar pituitary, yang juga berada di dalam otak, dan mengeluarkan thyroid stimulating hormone (TSH). Nah, TSH inilah yang merangsang kelenjar tiroid mengeluarkan hormon tiroid, yaitu T3 (tironin) dan T4 (tiroksin).

Gangguan tiroid

Gangguan tiroid muncul apabila hormon tiroid yang beredar tidak dalam jumlah yang tepat. Kondisi ini disebabkan karena kelenjar tiroid mengalaini gangguan fungsi yang kurang aktif yang kemudian menimbulkan kondisi hipotiroid. Sementara kelenjar tiroid yang hiperaktif menyebabkan terjadinya hipertiroid.

Hipotiroid disebabkan kelenjar tiroid tidak menghasilkan cukup banyak hormon tiroid. Gejala hipotiroid seringkali tak kentara, seperti kelelahan, depresi, konsentrasi menurun, sembelit, kulit kering, kaki bengkak, denyutjantung melambat, dan temperatur tubuh menurun.

Padahal, jika tak segera ditangani bisa menimbulkan masalah serius. Misalnya, pembesaran jantung, gagal jantung yang memburuk, dan suatu akumulasi cairan sekitar paru-paru (pleural effusion). Selain itu, penderita hipotiroid juga bisa mengalami koma (myxedema boma). Tapi myxedema coma ini cenderung dipicu oleh penyakitpenyakit berat, operasi, stres, atau luka trauma.

Untuk mengatasinya, dapat diberikan penggantian hormon tiroid dengan cara disuntikkan. Ada pun hipertiroid disebabkan kelenjar tiroid memproduksi hormon berlebihan. Gangguan ini juga sering disebut dengan tirotoksikosis. "Tiroid berlebih ini menjadi racun bagi tubuh," kata Mulyadi.

Dalam kasus hipertiroid, hormon tiroid T3 dan T4 didapati lebih tinggi daripada orang biasa. Ketika tubuh kelebihan hormon tiroid, metabolisme tubuhnya pun menjadi lebih cepat daripada normal. "Denyut jantung jadi lebih cepat dan suhu tubuh meningkat meskipun udara tidak panas," kata Mulyadi.

Gejala lainnya, rasa gemetar pada jari tangan, peningkatan frekuensi buang air besar, pertumbuhan kuku yang sangat cepat, bengkak di leher, rambut menipis serta halus. Jika tidak diobati, penyakit ini bisa menyebabkan komplikasi, seperti hipertensi yang disertai kejang otot. "Dan itu bisa menyebabkan kematian," kata Asrul.

Hipertiroid juga dapat dikenali pada pasien yang memiliki nafsu makan besar, tapi badannya malah cenderung mengurus. "Karena gejalanya seperti ini, banyak dokter menduga orang tersebut terkena penyakit diabetes," kata Mulyadi.

Pada wanita, hipertiroid menyebabkan gangguan menstruasi dan gangguan kesuburan. Jika berkepanjangan, hipertiroid ini akan membuat penderitanya mengalami osteoporosis atau pengeroposan tulang. Untuk mengatasinya, pengobatan yang harus diberikan adalah menurunkan dengan cepat kadar hormon tiroid dalam darah dengan obat anti tiroid. (Kontan/Sanny Cicilia Simbolon)


artikel terkait:

Gondok atau Goiter Nontoksik adalah pembesaran kalenjar Thiroid akibat kekurangan yodium pada makanan pada jangka waktu yang lama, mengakibatkan pembesaran kalenjar hingga 15 kali. Akibat gangguan ini kapasitas kalenjar thiroid untuk mensekresi toksin terganggu, mengakibatkan peningkatan kadar TSH.

Biasanya tidak ada gejala - gejala lain kecuali gangguan kosmetik, tetapi kadang - kadang timbul komplikasi.

Kalenjar thiroid membesar secara merata, menyerang lebih banyak wanita dari pada pria, usia antara 20 - 60 tahun.

http://produkmelia.multiply.com/journal/item/9/Gondok_Sembuh_Berkat_Propolis

E COLI ENTEROHEMORAGIK : Bakteri Penyebab Diare Mematikan


Ratih Dewanti-Hariyadi

Bagi kebanyakan akademisi dan praktisi di bidang pangan, Escherichia coli bukan merupakan bakteri yang dianggap serius dalam konteks keamanan pangan.

Namun, dalam beberapa minggu ini di Jerman, Escherichia coli (E coli) diberitakan menyebabkan penyakit pada lebih dari 3.000 orang di 14 negara dan mengakibatkan tak kurang dari 33 orang meninggal dunia.

Pada awalnya mentimun asal Spanyol diduga sebagai pembawa bakteri ini. Namun, hasil investigasi Pemerintah Jerman akhirnya mengindentifikasi kecambah (taoge) yang diproduksi suatu perusahaan pertanian organik yang menjadi pembawa bakteri.

E coli adalah bakteri yang hidup dalam usus manusia. Karena itu, bakteri ini digunakan sebagai indikator sanitasi produk pangan. Artinya, keberadaan E coli bisa digunakan untuk mengindikasikan adanya kontak dengan kotoran manusia sehingga digunakan sebagai perkiraan untuk menentukan apakah uji patogen harus dilakukan.

Konsep indikator sanitasi yang berkembang pada akhir abad ke-19 itu perlahan tergeser dengan meningkatnya kemudahan menguji patogen sehingga selain bakteri indikator sanitasi, patogen yang secara historis terkait dengan suatu jenis pangan umumnya juga diuji dan dimasukkan ke dalam standar.

Di samping itu, perkembangan teknologi, perubahan yang terjadi pada mikroorganisme, kebiasaan makan manusia, serta perubahan iklim telah memunculkan galur-galur baru sehingga E coli yang bersifat patogen ditemukan.

Di samping E coli yang bersifat nonpatogen, ada beberapa kelompok E coli yang belakangan diketahui dapat menyebabkan penyakit. E coli enteropatogenik (EPEC), E coli enteroinvasif (EIEC), dan E coli enterotoksigenik (ETEC) adalah tiga kelompok E coli yang dikaitkan dengan penyakit diare pada bayi, serupa disentri serta diare pada wisatawan. Pada umumnya air merupakan pembawa E coli kelompok ini. Secara spesifik makanan jarang dikaitkan. Keberadaan E coli dalam pangan kemungkinan disebabkan sanitasi yang rendah.

Pernah wabah di AS

Pada tahun 1982, terjadi wabah penyakit akibat pangan (foodborne diseases) di dua negara bagian Amerika Serikat, yakni Michigan dan Oregon. Wabah ini sangat menarik perhatian karena terjadi dalam kurun waktu yang hampir bersamaan, menimbulkan banyak korban, melibatkan restoran waralaba besar yang sama, dan pangan yang diimplikasikan sebagai makanan populer di negara tersebut, yakni hamburger.

Hasil investigasi menyebutkan, ditemukan galur E coli baru yang sebelumnya pernah ditemukan sekali pada tahun 1975 dari pasien diare berdarah. Bakteri ini adalah E coli O157:H7 yang kemudian dikelompokkan dalam golongan baru, yakni E coli enterohemoragik (EHEC).

Sejak kejadian itu, berbagai keracunan karena EHEC telah dilaporkan (lihat tabel). Ternyata penyebabnya tidak hanya E coli O157:H7, tetapi ditemukan juga EHEC lain, seperti E coli O157:H-, O111:H-, O26:H11, O4:H-, O11:H-, O45:H2, O103:H2, O104:H2, O111:H8, dan O145:H-.

Kasus yang sedang terjadi di Jerman dan sejumlah negara Eropa lain saat ini dilaporkan disebabkan oleh galur terbaru EHEC, yakni E coli O104:H4.

Kajian ilmiah mengenai bakteri ini menyimpulkan bahwa EHEC memiliki kemampuan menghasilkan setidaknya dua jenis toksin shiga yang juga dihasilkan oleh bakteri Shigella dysenteriae. EHEC ditengarai mendapatkan gen penyandi toksin ini melalui virus.

Dengan kemampuan menghasilkan toksin shiga, tidak seperti E coli lain, kelompok EHEC mampu menimbulkan gejala penyakit yang lebih parah. Setelah bakteri menginfeksi, di dalam tubuh penderita, toksin yang dihasilkan menyerang organ tubuh lain, seperti ginjal dan otak.

Gejala penyakit yang ditimbulkan bakteri ini meliputi sakit perut yang sangat parah, bahkan kadang digambarkan setara dengan saat melahirkan, diare berdarah (sering disebutkan sebagai no stool, blood only), dan bisa menimbulkan komplikasi, seperti hemolytic uremic syndrome, sindrom yang ditandai anemia akibat terurainya sel darah merah dan gagal ginjal akut, serta thrombotic thrombocytopenic purpura, yakni gangguan yang menyebabkan penggumpalan darah di pembuluh darah halus dan penurunan jumlah keping darah.

Ditemukan di sapi

EHEC adalah mikroorganisme yang lazim ditemukan pada sapi tanpa menyebabkan penyakit pada hewan tersebut. Pencemaran bakteri ini pada daging, khususnya daging giling, sangat mungkin terjadi. Karena kesukaan mengonsumsi hamburger yang undercooked, di AS daging giling dipersyaratkan bebas dari E coli O157:H7.

Pencemaran lahan pertanian oleh kotoran sapi diduga sebagai penyebab ditemukannya bakteri ini dalam sayuran.

Meski demikian, bakteri EHEC tidak memiliki ketahanan panas yang lebih daripada E coli lain. Bakteri ini sesungguhnya sangat mudah dibunuh dengan pemanasan setara pasteurisasi (65 derajat celsius selama 30 menit) sehingga pada makanan olahan seharusnya bakteri patogen ini dapat dihindari.

Investigasi wabah EHEC pada hamburger di AS menunjukkan, alat pemanggang tidak berfungsi dengan baik serta ukuran burger yang jumbo mengakibatkan patogen ini masih bertahan.

Kewaspadaan lebih tinggi harus dilakukan ketika seseorang mengonsumsi makanan tidak diolah, seperti tomat, selada, mentimun, dan taoge, serta bahan mentah lain. Sifat EHEC lain yang dapat mendukung keberadaan bakteri ini dalam pangan adalah kemampuannya bertahan dalam makanan beku sampai sembilan bulan dan daya tahan terhadap lingkungan asam.

Keberadaan E coli enterohemoragik dalam beberapa pangan mentah di Indonesia telah dilaporkan dalam beberapa publikasi ilmiah. Kebiasaan memasak daging sampai matang, khususnya daging giling, dapat menurunkan risiko terinfeksi bakteri ini.

Kajian beberapa peneliti di Indonesia melaporkan, E coli enterohemoragik diisolasi dari 1 persen penderita diare di Indonesia. Patogen lain, seperti Vibrio cholerae, Shigella flexneri, Salmonella spp, dan Campylobacter jejuni, ditemui dalam persentase yang jauh lebih tinggi.

Meski demikian, tidak ada salahnya mewaspadai konsumsi makanan mentah dengan mencuci bersih, memblansir dan menggunakan senyawa antimikroba yang diizinkan jika diperlukan. [KOMPAS]

RATIH DEWANTI-HARIYADI Ketua Program Studi Ilmu Pangan, Sekolah Pascasarjana IPN; dan Anggota The International Commission on Microbiological Specification for Foods (ICMSF)