Laman

Info Sehat

Kamis, 21 Oktober 2010

Inilah 8 Tipe Virus Pemicu Kanker Serviks


LONDON, KOMPAS.com - Para ilmuwan berhasil mengidentifikasikan delapan tipe virus HPV (human papiloma virus) yang menjadi penyebab lebih dari 90 persen dari kanker serviks (leher rahim) di seluruh dunia.

Identifikasi terhadap delapan virus ini akan membuka jalan bagi pengembangan vaksin pencegah salah satu jenis kanker yang paling banyak diderita perempuan di dunia dan diperkirakan menewaskan 328.000 orang pada 2010.

Dalam riset berskala besar selama 60 tahun dengan mengkaji 10.575 kasus kanker leher rahim di 38 negara, kelompok ilmuwan yang dipimpin Silvia de Sanjose dari Institut Onkologi Catalan di Barcelona menganalisa berbagai tipe HPV yang paling sering memicu kanker serviks.

Hasil kajiannya, yang dipublikasikan jurnal kesehatan The Lancet, menunjukkan bahwa delapan tipe HPV yakni tipe 16, 18, 45, 33, 31, 52, 58, dan 35 (diurutkan berdasarkan tipe yang paling berpengaruh) ’bertanggung jawab’ terhadap lebih dari 90 persen kasus kanker serviks.

Sejauh ini, dua perusahaan besar yakni GlaxoSmithKline (GSK) dan Merck&Co telah menciptakan vaksin HPV. Vaksin Cervarix buatan GSK dan Gardasil keluaran Merck mampu mencegah HPV tipe 16 dan 18, dan melalui proteksi silang juga dapat melindungi terhadap tipe 31 dan 45.

Banyak negara kaya memulai program imunisasi HPV dengan menyuntik perempuan sebelum mencapai usia puber, tetapi vaksin tersebut secara umum masih mahal dan belum dapat diakses wanita di negara-negara miskin.

Sanjose mengatakan, hasil temuan ini menegaskan alasan betapa pentingnya pencegahan kanker leher rahim melalui vaksin yang ada saat ini dan membantu pengembangan vaksin generasi kedua melawan berbagai tipe HPV lainnya.

Sekitar 80 persen kasus kanker leher serviks saat ini terjadi di negara berkembang dan penyakit tersebut disebabkan virus yang menular lewat perilaku seks berisiko tinggi.

Dari 118 tipe HPV yang teridentifikasi para ilmuwan, sekitar 40 tipe menginfeksi alat kelamin dan 12 tipe lainnya yang diketahui menyebabkan kanker. Dalam kajian terhadap kasus-kasus kanker di Eropa, Amerika Utara, Amerika Selatan bagian tengah, Afrika, Asia , dan Oseania tersebut, para peneliti juga telah mengidentifikasi beberapa HPV tipe langka seperti tipe 26, 30, 61, 67, 69, 82, dan 91 -- yang juga akan menyebabkan kanker leher rahim, tetapi hanya menyebabkan sekitar satu persen dari semua kasus yang ada.

Tiap Hari, 10 Wanita Dibunuh Kanker Serviks


JAKARTA, KOMPAS.com — Kanker serviks atau kanker leher rahim disinyalir menjadi pembunuh utama wanita Indonesia. Setiap hari diperkirakan 10 wanita di Indonesia meninggal karena kanker serviks.

Kanker serviks disebabkan oleh virus yang disebut human papilloma virus (HPV). Virus ini bermacam-macam tipe, tetapi yang menimbulkan kanker serviks adalah sekitar 20 tipe, yang tersering dan berisiko tinggi adalah tipe 16 dan 18. Penularan umumnya terjadi lewat hubungan seksual (80 persen).

Menurut Prof dr M Farid Aziz, Guru Besar Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), sekitar 80 persen virus HPV akan hilang dan mati karena sistem kekebalan tubuh.

"Sisanya, virus itu akan menetap dan berkembang menjadi sel pra-kanker dan dalam waktu 10-20 tahun bisa menjadi kanker," katanya.

Ia menambahkan, karena perjalanan virus yang lama tersebut, sebenarnya sel kanker bisa ditangkap lewat screening. "Upaya deteksi dini dengan tes pap smear atau IVA bisa menemukan virus pada kondisi pra-kanker," paparnya dalam peluncuran Inisiatif Pencegahan Kanker Serviks di Jakarta, Kamis (21/10/2010).

Pencegahan utama kanker serviks, imbuh Farid, adalah melindungi diri dari faktor risiko dan penyebab, termasuk imunisasi.

"Vaksin HPV membantu sistem imun mengenal dan menghancurkan virus HPV sebelum menginfeksi serta menahan laju penyakitnya," katanya.

Rabu, 13 Oktober 2010

Melia Propolis Obati Keracunan

Endapan Pengawet Makanan yang tidak terserap oleh tubuh menjadi RACUN.
Efek RACUN tersebut tinggal tunggu waktu atau pemicunya saja yang berefek pada SISTEM METABOLISME TUBUH.

Berikut ini riwayat konsumen propolis yang cukup fenomenal:

Usia : 19 Tahun dan waktu lahir terlahir bayi premaure
Pekerjaan : Pembantu rumah tangga
Pola Makan : Sejak usia 10 tahun sangat gemar makan MIE INSTANT (3-4 bungkus tiap hari)
Kesehatan : Mata rabun sejak usia 10 tahun dan tidak bisa baca tulisan, mempunyai kelainan tulang/persendian, berbunyi kalu digerakkan, Alergi, Keputihan berlebih dan mentruasi 6 Bulan Sekali.

Menurut Staf Ahli Propolis dari Mother Nature Health Products – Australia bahwa di bawah kulit konsumen tersebut terdapat timbunan racun dan bakteri “Sapila Coccus”

Berikut ini perkembangan selama dan setelah mengkonsumsi Melia Propolis:

Minum melia Propolis @ 4 tetes 3 kali sehari, hari ke 3 keluar darah dari kuping dan hidung. Timbul jerawat bernanah yang cukup parah pada muka. Mata tertutup, bibir membengkak dan sekujur badan terasa gatal luar biasa. Ini adalah proses pengeluaran racun dalam tubuh (detoxifikasi).
Minum Melia Propolis kemudian di lanjutkan dan dioleskan dibagian yang gatal dan bernanah. Hari Ke – 7 muncul luka-luka bernanah diseputar leher, seperti tampak pada foto disamping
Konsumsi Melia Propolis dan dioleskan pada bagian yang gatal diteruskan
Melia Propolis Mulai di teteskan ke Mata
Hari ke – 9 keluar selaput atau lendir seperti Jelly dari mata
Hari ke – 10 luka / jerawat disekitar muka dan leher mulai mengering dan berkurang, seperti tampak pada foto disamping
Hari ke – 14 kesehatan membaik. sudah tidak timbul nanah lagi di sekitar muka dan leher. Sudah bisa melihat tulisan denganjelas tanpa kaca mata.
Konsumsi Melia Propolis di teruskan dan ditingkatkan menjadi 10 tetes 3 kali sehari.
Saat ini di minggu ke tiga masih ada gatal-gatal di sekitar dada dan punggung. Bunyi dipersendian sudah hilang.
Saat ini di minggu ke tiga masih ada gatal-gatal di sekitar dada dan punggung. Bunyi dipersendian sudah hilang.

Mengenal Pengawet Nipagin

Kisruh penarikan mi instan produksi Indofood di Taiwan terjadi karena negara tersebut mempersoalkan zat pengawet yang salah satunya bernama nipagin atau methyl p-hydroxybenzoate.

Padahal, Codex Alimentarius Commission (CAC), badan yang didirikan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO) dan Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk mengatur standar pangan, telah memperbolehkan pemakaian zat pengawet ini dalam batas-batas tertentu.

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Senin (11/10/2010), menyatakan bahwa Indonesia berpatokan pada CAC dan mengizinkan penggunaan nipagin dalam batas tertentu.

Menurut BPOM, penggunaan nipagin pada mi instan yang beredar di Indonesia saat ini masih dalam batas kendali. Hasil uji sampel kecap pada mi instan yang mengandung nipagin dalam lima tahun terakhir menunjukkan, tidak ada dari kandungan zat pengawet tersebut yang melebihi batas maksimal.

Lalu apa sebenarnya zat bernama methyl p-hydroxybenzoate yang ditemukan dalam kecap mi instan Indofood yang dicemaskan Pemerintah Taiwan itu?

Menurut informasi yang dikutip Badan Pengawas Makanan dan Obat Amerika Serikat atau Food and Drug Administration (FDA), nipagin merupakan zat tambahan untuk mencegah jamur dan ragi. Methyl p-hydroxybenzoate adalah salah satu dari jenis parabens atau pengawet yang banyak digunakan untuk kosmetik dan obat.

Nipagin memiliki nama lain, yakni methylparaben dengan rumus kimia CH3(C6H4(OH)COO). Jenis paraben lain yang juga banyak digunakan adalah propylparaben dan butylparaben.

Menurut FDA, untuk suatu produk biasanya paraben yang digunakan berjumlah lebih dari satu jenis. Pengawet ini biasanya digabung dengan pengawet lain untuk memberikan perlindungan terhadap berbagai jenis mikroorganisme.

Methylparaben adalah jenis paraben yang dapat dihasilkan secara alami dan ditemukan dalam sejumlah buah-buahan, terutama blueberry dan jenis paraben lainnya. Sejauh ini, belum ada bukti bahwa methylparaben dapat menimbulkan dampak merugikan bagi kesehatan pada konsentrasi tertentu dalam penggunaan perawatan tubuh atau kosmetik.

FDA menilai, methylparaben sebagai pengawet yang aman atau generally regarded as safe (GRAS) untuk kosmetik. Di Eropa, methylparaben digunakan sebagai pengawet makanan yang mendapat persetujuan Uni Eropa dengan kode E-218.

Methylparaben juga dapat dimetabolisme oleh bakteri tanah sehingga benar-benar terurai. Methylparaben mudah diserap dari saluran pencernaan atau melalui kulit. Hal ini dihidroliskan menjadi asam p-hidroksibenzoat dan cepat dikeluarkan tanpa akumulasi dalam tubuh.

Di setiap negara, batas maksimum pemakaian nipagin berbeda. Di Amerika Serikat, Kanada, dan Singapura, kadar maksimum nipagin adalah 1.000 mg per kg. Adapun nipagin di Hongkong 550 mg per kg. Di Indonesia, Badan POM telah menetapkan batas maksimal penggunaan nipagin 250 mg per kg.