Laman

Info Sehat

Kamis, 24 Juni 2010

Perdarahan Penyebab Utama Kematian Ibu

Penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan terutama adalah perdarahan. Kebanyakan perdarahan terjadi setelah bayi dilahirkan. Ini berkaitan dengan plasenta dan relaksasi otot rahim.

Menurut Prof dr Ali Baziad, SpOG, perdarahan setelah persalinan biasanya disebabkan terlalu sering melahirkan. Langkah pencegahan dapat dilakukan dengan menjarangkan kehamilan dan mendeteksi dini gejala anemia selama kehamilan.

"Pemerintah harus turun tangan untuk merevitalisasi program Keluarga Berencana," kata dr Ali yang menjabat Ketua Bidang Kesehatan Ibu dan Anak, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, saat jumpa pers peluncuran Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak, Rabu (23/6/2010), di Jakarta.

Ia menambahkan, bila seorang ibu hanya melahirkan dua atau tiga anak, risiko perdarahan bisa ditekan. "Kalau sudah pernah melahirkan hingga empat atau lima kali, kontraksi rahim akan lebih sulit sehingga perdarahan sulit berhenti," ujarnya.

Proses inisiasi menyusu dini, menurut dr Utami Roesli, SpA dari Sentra Laktasi Indonesia, juga efektif untuk mengurangi risiko perdarahan. "Saat bayi mengisap payudara ibu, hormon oksitoksin akan dilepaskan tubuh dan merangsang rahim untuk berkontraksi sehingga perdarahan akan berkurang," katanya.

Upaya pencegahan lainnya adalah tersedianya tenaga kesehatan yang membantu persalinan. Mengenai hal tersebut, dr Ali mengungkapkan, PB IDI dalam waktu dekat akan memberikan pelatihan kepada dokter umum agar memiliki kompetensi dalam menangani keadaan darurat pada ibu yang melahirkan.

"Paling tidak dokter umum dan bidan bisa mengenali keadaan yang berpotensi menimbulkan komplikasi sehingga kematian ibu bisa dicegah," paparnya. [kompas]

Artikel Berkorelasi : www.obatsakti.com

Aksi PDF untuk Bayi Prematur

Karena lahir terlalu cepat, maka organ-organ tubuh bayi prematur belum cukup matang untuk menjalankan fungsinya. Untuk itu bayi prematur perlu mendapatkan perlakuan khusus, baik di rumah sakit atau di rumah setelah ia boleh di bawa pulang.

Di rumah sakit, bayi prematur dirawat di dalam inkubator untuk menjaga kestabilan suhu tubuhnya karena mereka rentan mengalami hipotermia. "Mereka sangat rentan pada suhu dingin karena belum ada lemak dalam kulitnya," kata Dr.Gilberto R.Pereira, ahli perinatologi dari rumah sakit anak Pennsylvania, Amerika Serikat dalam peluncuran kampanye Peduli Bayi Prematur yang diadakan oleh Wyeth di Jakarta, Kamis (24/6).

Bayi prematur yang telah mencapai berat badan minimal 1800 gram, secara klinis stabil dan mampu menerima asupan nutrisi sudah boleh dibawa pulang. Akan tetapi orangtua perlu menyiapkan diri untuk merawat bayi prematur di rumah.

Dr.Djaja Nataatmadja, Medical Advisor, Clinic Trial Coordinator PT Wyeth Indonesia, mengatakan orangtua yang memiliki bayi prematur bisa melakukan langkah PDF untuk menjaga kondisi bayinya.

Langkah PDF yakni, Pastikan suhu tubuh bayi berada diantara 36,5 - 37,5 derajat celcius untuk menghindari hipotermia dan hipertermia dengan melakukan Kangaroo-care. Medote ini meniru cara kanguru menghangatkan badan anaknya. Caranya, bayi ditelanjangi dan hanya memakai popok serta penutup kepala. Bayi lalu dimasukkan ke dalam baju ibunya dan diletakkan di antara payudara ibu.

Prinsip metode kanguru adalah kulit bayi menempel pada kulit ibu agar bayi bisa mengambil panas dari tubuh ibunya. Metode ini dilakukan selama 24 jam, oleh sebab itu dibutuhkan "ibu pengganti" yang bisa dilakukan oleh ayah atau anggota keluarga lainnya.

Yang kedua adalah Disiplin dalam memberikan asupan makanan 8-10 kali sehari dengan nutrisi yang kaya akan protein, vitamin, mineral, AA, dan DHA. Literatur menyebutkan, pemberian susu tidak boleh terlalu banyak, hanya sekitar 10-30 cc per kilogram berat badan per hari. Penelitian menyebutkan, ASI merupakan makanan terbaik untuk bayi prematur. Bila bayi masih kesulitan mengisap, pemberian ASI bisa melalui pipet.

Terakhir adalah Fokus pada pemantauan frekuensi BAB dan BAK 4-6 kali per hari, sesuai dengan asupan yang diberikan. Meskipun bisa merawat sendiri, orangtua sebaiknya tetap rajin berkonsultasi dengan dokter selama merawat bayi prematur di rumah.

"Lewat kampanye ini, kami ingin meningkatkan kesadaran tentang risiko dan pentingnya penanganan yang tepat terhadap bayi prematur, salah satunya dengan metode PDF yang mudah diingat ini," kata dr.Djaja. [kompas]